Dalam kesempatan
ini aku ingin menceritakan pengalamanku, tentu saja pengalaman pribadi yang
mudah-mudahan bermanfaat. Pengalaman yang ingin aku bagi kali ini adalah
tentang pengalaman menjadi ayah. Bagi anda yang sudah punya anak tentu juga
memiliki pengalaman tersendiri saat menjadi ayah, bapak. Papi, serta beragam
sebutan lainnya. Bagiku sendiri, menjadi seorang bapak adalah pengalaman yang
menarik. Pengalaman ini baru kurasakan tahun ini, tahun 2017. Putriku lahir
pada tanggal 16 Januari 2017. Saat aku sedang dalam masa akhir menyelesaikan
studi S2ku di UIN Jakarta. saat-saat istriku pertama kali hamil juga adalah
saat yang ditunggu-tunggu. Anda mungkin juga pernah merasakan. Memang pertanyaan
teman-teman dan saudara-saudara rata-rata sama. Saat kita belum menikah, kita
akan selalu ditanya, kapan menikah? Setelah menikah pertanyaan selanjutnya yang
akan ditanyakan kepada kita ialah, sudah isi belum? Kemana pun aku pergi saat
itu, mengajar di sekolah, kuliah di kampus, atau saat silaturahim keluarga,
pertanyaan tersebut kerap muncul. Tentu saja kedua keluarga besar, dari pihak
istri dan pihak suami selalu menanti kedatangan anggota keluarga baru, hal itu
tentu saja wajar saja. Tiga bulan pertama menikah, aku dan istriku menanti,
namun belum kunjung ada tanda-tanda kehamilan. Rasa penasaran masih meliputi
kami, sampai akhirnya di bulan ketiga, akhirnya istriku benar-benar mendapatkan
informasi bahwa ia positif hamil dari tespek yang dibeli bersamaan dengan
sebuah buku tentang program hamil.
Maka masa awal
menjadi seorang bapak hamil dimulai. Saat pertama kali istriku hamil, kami
masih tinggal di Sawangan, mengontrak dekat sekolah tempatku mengajar di SD
Islam As-Shafa. Dan setelah tiga bulan tinggal di Sawangan, aku diminta untuk
mengisi rumah Omku yang letaknya menempel dengan rumah orang tuaku, Om Anam. Kami pun
pindah ke tempat baru tersebut. Walaupun istri sedang hamil muda, kami tetap
pindah. Alhamdulillah saat itu barang-barang kami juga tidak banyak, jadi
proses pindahan juga tidak terlalu berat. Setelah kami pindah, aku juga pindah
mengajar, aku mendapatkan tugas baru, mengajar Sejarah Islam di MAN 4 Jakarta
Pondok Pinang. Sebenarnya ini juga merupakan sekolah tempat ibuku lama
mengajar. Kebetulan guru SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)nya pension, dan
akhirnya aku diundang untuk interview oleh sang kepala sekolah Bapak Ismail
Nur, yang ternyata juga merupakan alumni S1 dari Universitas Al-Azhar Kairo. Sehingga
ketika kami berbicara juga cukup nyambung.
Menjadi seorang
suami dengan istri yang sedang hamil memang terkadang ada saja cobaannya. Terkadang
istri minta dibelikan makanan yang dia mau, baik itu martabak, mpek-mpek, dan
lain sebagainya. Selain itu kita juga harus melakukan pemeriksaan berkala,
paling tidak satu kali sebulan. Dan saat itu aku mulai merasakan banyaknya
pengeluaran untuk pemeriksaan kesehatan ibu hamil ini. Sehingga aku pun
berusaha untuk membuat kartu BPJS untuk istriku dan calon bayiku. Bagaimanakah cara
membuat BPJS, tentu saja anda bisa mendapatkan banyak info tentang hal ini di
Google.
Yang ingin saya
ceritakan di sini, adalah bahwa membuat BPJS itu juga merupakan sesuatu yang
penuh tantangan. Aku harus bolak balik ciputat-serpong berkali-kali. Dan setiap
kali aku datang, aku harus datang pagi hari, kalau bisa sebelum jam 12 siang. Padahal
aku juga terkadang ada tugas mengajar. Jadi di sela-sela mengajar itulah aku
berusaha untuk bisa datang ke kantor BPJS cabang Tangerang Selatan. Selanjutnya
setelah tiba di kantor tersebut, aku harus mengantri dengan keluarga-keluarga
lainnya di Tangerang Selatan yang jumlahnya sangatlah banyak. Waktu mengantri
tidak kurang dari tiga jam setiap harinya, itu yang aku catat. Walaupun memang
antrian ini belum seberapa dibandingkan antrianku saat mengantri visa di Mesir,
namun lumayan juga untuk sekelas Indonesia. Karena memang secara umum
administrasi di Indonesia lebih rapi dari Mesir, namun untuk pembuatan BPJS ini
memang cukup menantang. Dan aku juga harus menyelesaikan semua proses itu
secepat mungkin, sebelum bayiku lahir. Karena jika tidak, kartu BPJSnya
nantinya belum bisa digunakan.
Namun sebagai
mantan penjual asuransi (saya dulu sempat menjadi agen Prudential Syariah),
menurut saya BPJS sangat simple proses penerimaan anggota barunya. Tidak serumit
Prudential tempat saya dahulu bekerja. Yang harus melakukan cek kesehatan
terlebih dahulu, lalu harus melakukan underwriting, menunggu sekian minggu, dan
lain sebagainya. Proses pendaftaran BPJS cukup simple, syarat lengkap, maka
seminggu kemudian kita sudah bisa mengambil kartu BPJS kita, dan selanjutnya
kita bisa menggunakannya setelah 14 hari kerja. Sedangkan asuransi yang lain
biasanya harus menunggu sampai tiga bulan baru fungsi asuransi secara penuh
bisa digunakan. Dan ditambah lagi, BPJS merupakan asuransi tanpa plafon, tanpa
batasan maksimal pengeluaran pengobatan, sehingga kita juga cukup tenang,
ketika menghadapi proses pengobatan. Jadi intinya saya sangat berterima kasih
kepada pemerintah, karena walaupun saya bukan PNS dan bukan pula pegawai tetap
perusahaan swasta, saya bisa menikmati fasilitas BPJS yang menurut saya cukup
baik, dengan cover pembiayaan yang cukup baik pula.
Setelah beberapa
bulan istriku hamil, kami pun mulai bisa melakukan USG. Sebelum kami dulu
memiliki BPJS USG sangat menguras dompet, namun ada sebuah klinik bidan yang
menyediakan layanan USG murah, sekitar 50 ribu, yang berada sekitar jalan
kompas, yaitu klinik Suwartini, di sana kami biasa melakukan USG untuk melihat
perkembangan janin. Karena kalau kita melakukan usg di rumah sakit biasa tanpa
BPJS, siap-siap keluar biaya 400 sampai 700 ribu, sangat luar biasa bagi saya
yang saat itu sangat mengandalkan gaji sebagai guru honorer.
Dan saat
mejelang lahiran, kami akhirnya berkonsultasi dengan dokter mata, karena minus
mata istri cukup tinggi, kami pun disarankan untuk melakukan operasi Caesar,
karena tidak ingin mengambil resiko, kami pun akhirnya bersedia. Istriku yang
deg-degan menghadapi operasi. Yang pasti insya Allah kita berusaha untuk mempersiapkan
diri sebisa kami. Operasi Caesar dilaksanakan di Rumah Sakit Hermina Ciputat,
yang menjadi dokter kami adalah dokter Arju. Operasi berlangsung cukup singkat,
dan akhirnya pada sekitar pukul Sembilan, bayiku lahir. Dia perempuan, beratnya
sekitar 3,5 kg. rasanya campur aduk, melihat Allah titipkan kepada kami bayi
mungil ini, dan akhirnya dia kami namakan Syakira Wiyari Rizkiya, agar menjadi
hamba Allah yang bersyukur dan lapang rezekinya
asslamulaikum. gimna kbarnya ust izdian.. ??
BalasHapussemoga Allah selalu memberikan kemudahan dalam setiap langkah antum...